Sabtu, 05 Maret 2011

nuzulul qur'an


SEJARAH NUZULUL QURAN

1.      Al Quran di Masa Nabi Muhammad SAW
A.    Hari pertama turun Al Quran
Al Quran mulai diturunkan kepada nabi Muhammad SAW ketika nabi sedang berkhulawat di gua Hira pada malam Senin yang bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW = 6 Agustus 610 M
Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran al Quran, Allah jadikan malam permulaam turun Al Quran itu malam “Al Qadar”, yaitu malam suatu yang tinggi kadarnya. Hal ini diakui oleh Al Quran sendiri.
Tak ada perselisihan antara para ulama dalam menetapkan bahwa malam mulai Al Quran diturunkan adalah dibulan Ramadhan. Ketetapan ini ditegasakan juga oleh Al Quran sendiri. Semua ulama semufakat menetapkan yang demikian, hanya mereka berlainan faham tentang ketentuan tanggal.
Ibnu Ishaq, seorang pujangga tarikh islam yang bernama, menetapkan bahwa malam itu, ialah malam tujuh belas Ramadhan. Penetapan ini dapat dikuatkan dengan isyarat Al Quran sendiri. Firman Allah
* (#þqßJn=÷æ$#ur $yJ¯Rr& NçGôJÏYxî `ÏiB &äóÓx« ¨br'sù ¬! ¼çm|¡çHè~ ÉAqߧ=Ï9ur Ï%Î!ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur ÇÆö/$#ur È@Î6¡¡9$# bÎ) óOçGYä. NçGYtB#uä «!$$Î/ !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqtƒ Èb$s%öàÿø9$# tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$# 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÍÊÈ  

Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang. Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.. (QS. Al Anfaal:41)

Dikehendaki dengan hari bertemunya dua pasukan yaitu hari bertemunya tentara islam dengan tentara Quraisy musyrikin dalam perang Badar. Yang demikian itu tepatnya pada hari tepat jatuhnya pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan, tahun yang kedua Hijrah. Dan Hari Furqan, ialah hari permulaan diturunkan Al Quran. Maka kedua hari kedua hari itu bersatu sifatnya, yakni sama-sama jatuh pada hari kedua hari itu bersatu sifatnya, yakni sama-sama jatuh pada hari Jum’at tujuh belas belas Ramadhan, walaupun tidak dalam setahun.
Zaid Ibnu Tsabit seorang shahaby yang dipandang tercakap dalam soal Al Quran juga menetapkan, bahwa malam 17 Ramadhan itu malam Al Qadar, karea pada malam itulah permulaan Al Quran diturunkan, karena itu Zaid ibnu Tsabit tetap mencari malam al Qadar pada malam tersebut.
Untuk menyelami betapa perhubungan Nabi dengan wahyu dan betapa kenyataan-kenyataannya dan kelakuan-kelakuannya baiklah kita perhatikan riwayat-riwayat di bawah ini.
-          Hadits Bukhary dari ‘Aisyah ra. Ujarnya; permulaan wahyu yang diteima Rasulullah, ialah mimpi yang benar. Beliau bermimpi seakan-akan melihat sinaran shubuh, dan terjadi persis sebagai yang dimimpikan.
Dikala beliau sedang berkhilwat itu, malak datang kepadanya lalu berkata; “Iqra”. Nabi menjawab; saya tidak pandai membaca, Nabi menerangkan. Mendengar jawaban itu Malak pun memelukku sehingga aku merasa kepayahan karena kerasnya pelukan itu. Kemudian dilepaskannya serta disuruhnya lagi membaca. Kujawab seperti semula juga. Malak memelukku lagi. Sesudah itu barulah Malak berkata:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  


1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al ’Alaq:1-5)
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Sesudah itu Raul segera kembali pulang dengan hati yang gemetar karena ketakutan. Nabi menjumpai Khadijah dan berkata “selimuti daku, selimuti daku!” sesudah tenang perasaannya, beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi.
-          Hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thabrany dari Abdullah Ibnuz Zubair
Bersabdalah Rasul SAW; maka datangalah kepada Jibril, dan aku kala itu sedang tidur, dia membawa namath (kain berwarna) dari sutera, padanya ada tulisan, ia berkata: “Iqra” maka akupun menjawab bahwa aku tidak bisa membaca. Karena itu aku dipeluknya erat-erat, hingga aku sangka bahwa aku akan mati. Kemudian dia lepaskan aku seraya berkata pula: “Iqra (bacalah). Aku menjawab apa yang akan aku baca? Aku mengatakan demikian, hanya supaya dia jangan kembali lagi memeluk aku. Dia berkata:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

Berkata Nabi: maka aku membacanya. Sesudah itu ia pergi. Sesudah dia pergi aku pun bangun dari tidurku, dan seolah-olah telah termateri di jiwaku suatu tulisan. Nab berkata seterusnya: “aku adalah hamba Allah yang paling benci kepada syi’ir. Tak ada orang dari hamba Allah yang paling aku benci selain penyair dan orang gila. Aku tidak berkuasa melihat kedua orang itu”. Berkata lagi Nabi : “bahwasannya jalan yang baik buat menghindarkan tuduhan oang Quraisy, ialah aku pergi ke suatu puncak bukit lalu terunkan diriku ke bawah, supaya habislah riwayatku. Dalam perjalannan menuju bukit itu tiba-tiba Nabi mendengar suatu suara dari langit yang mengatakan: wahai Muhammad, engkau Rasulullah daan saya ini Jibril. Mendengar itu Nabi pun mengangkatkan kepala ke langit, tiba- beliau benar-benar melihat Jibril dalam rupa seorang lelaki yang bershaf kakinya di ufuq langit dia berseru;”ya Muhammad, engkau pesuruh Allah dan saya ini Jubril”. Maka Nabi pun berdiri memandang kepdanya dan yang demikian itu menghilangkan daripada maksudku yang semula
-          Hadits diriwayatkan oleh Al Bukhary dari ‘Aisyah ra.
Bahwasannya Al Harits ibn Hisyam bertanya kepada Nabi SAW: bagaimana datangnya wahyu kepada engkau ya Rasulullah?” maka Nabi menerangkan: kadang-kadang wahyu itudatang kepada aku seperti gerincingan lonceng. Itulah wahyu yang paling berat aku menerimanya. Kemudian dilenyapkannya dari padaku sesudah aku memaham benaar-benar apa yang dikatakan (wahyu itu).
Kata ‘Aisyah ra. “aku pernah melihat saatnya turun wahyu kepada kepada Nabi pada suatu hari yang sangat dingin, kemudian dilenyapkannya dari pada Nabi. Aku melihat dahi Nabi bercucuran keringat.
-          Hadits diriwayatkan oleh Al Bukhary dari ‘Aisyah juga
“bersabdalah Rasulullah SAW: ”wahai ‘Aisyah, ini Jibril datang membacakan salam untukmu”. Maka aku pun berkata: “wa ‘aiahis Salam warahmatullahi”. Kata ‘Aisyah: Nabi melihat apa yang kia tidak mmelihatnya.
-          Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah ibn ‘Umar ea
“Saya bertanya kepada Nabi SAW: apakah tuan merasa bahwa wahyu akan datang? Menjawab Nabi: kadang-kadang aku dengar suara gerincingan lonceng yang menderu-menderu, sesudah itu aku pun terdiam mendengar itu. Tiap-tiap kali wayu datang sedemikian, aku merasai juwaku akan dicabut.
Demikianlah dengan ringkas kami terangkan cara perhubungan-perhubungan Nabi dengan Wahyu



B.     Ayat-ayat yang Mula-mula Diturunkan
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ  
1.      Hai orang yang berkemul (berselimut),
2.      Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3.      Dan Tuhanmu agungkanlah!
4.      Dan pakaianmu bersihkanlah,
5.      Dan perbuatan dosa tinggalkanlah (QS. Al Muddatstsir: 1-5)

Wahyu itu pun berhenti, tidak turun lagi. Menurut pendapat Ibn Ishaq, 3 tahun dan ada pula yang mengatakan 3,5 tahun, ada yang mengatakan selama 40 hari dan ada juga yang mengatakan 15 hari, sebagaimana ada yang mengatakan 3 hari saja. Setelah Nabi merasa sangat kecewa atas ketiadaan turun wahyu yang telah sangat dirindukannya, turunlah S. Adl Dluha

4ÓyÕÒ9$#ur ÇÊÈ   È@ø©9$#ur #sŒÎ) 4ÓyÖy ÇËÈ   $tB y7t㨊ur y7/u $tBur 4n?s% ÇÌÈ   äotÅzEzs9ur ׎öy{ y7©9 z`ÏB 4n<rW{$# ÇÍÈ   t$öq|¡s9ur yÏÜ÷èムy7/u #ÓyÌ÷ŽtIsù ÇÎÈ   öNs9r& x8ôÉgs $VJŠÏKtƒ 3ur$t«sù ÇÏÈ   x8yy`urur ~w!$|Ê 3yygsù ÇÐÈ   x8yy`urur Wxͬ!%tæ 4Óo_øîr'sù ÇÑÈ   $¨Br'sù zOŠÏKuŠø9$# Ÿxsù öygø)s? ÇÒÈ   $¨Br&ur Ÿ@ͬ!$¡¡9$# Ÿxsù öpk÷]s? ÇÊÉÈ   $¨Br&ur ÏpyJ÷èÏZÎ/ y7În/u ô^ÏdyÛsù ÇÊÊÈ  
1.      Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2.      Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3.      Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu[1581].
4.      Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582].
5.      Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6.      Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7.      Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung[1583], lalu Dia memberikan petunjuk.
8.      Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9.      Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang.
10.  Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
11.  Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.

[1581] Maksudnya: ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu.
[1582] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.
[1583] Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Sesudah itu barulah terus beriringanAl Quran diturunkan menurut kejadian-kejadian yang memerlukannya dan tidak pernah lagi wahyu terputus.

C.    Hari Penghabisan Turun Al Quran dan Tempatnya
Kebanyakan ulama menetapkan bahwa hari penghabisan turunya Al Quran ialah Hari Jum’at 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijrah, atau tahun 63 kelahiran Nabi = Maret 632 M
Pada saat itu Nabi sedang berwuquf di padang “arofah dalam menyelenggarakan Hajji Wada’ (Imam Ibnu Jarir). Kebanyakan ulama menafsirkan bahwa sesudah hari itu tidak ada lagi Al Quran diturunkan untuk menerangkan hukum dan Nabi pun hidup sesudahnya selama 81 malam saja. Ahli Tarikh menerapkan bahwa Nabi hidup sesudahnya selama 3 bulan lebih kurang. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah, hari Senin = 7 Juni 632 M.
D.    Ayat yang Terakhir Diturunkan
Menurut riwayat Muslim dari Ibnu ‘Abbas,akhir surat yang diturunkan ialah: S. An Nashr. Demikianlah pendapat yanga masyhur dalam kalangan ulama. Dan di samping ini ada lagi beberapa riwayat lain yang diriwayatkan oleh beberapa shahaby. Yang masyhur dari padanya ialah yang telah kami sebutkan di atas. Riwayat-riwayat ini telah diterangkan As Sayuthy dalam Al Itqan.
Kata Al Imam A Sayuthy dalam Itqan: dalam menetapkan akhir ayat diturunkan, ada perselisihana ulama. Di dalam kitab itu beliau sebut beberapa riwayat. Dan yang paling rajih dalam riwayat itu ialah riwayat An Nasa’I dari jalan ‘Ikramah dari Ibnu “Abbas, dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’is Ibnu Jubair, ujarnya: “penghabisan ayat yang diturunkan dari Al Quran, ialah:
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur Ÿw tbqãKn=ôàムÇËÑÊÈ  
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al Baqarah:281).
Dan Rasul masih hidup sesudah turun ayat ini sembilan malam, kemudian beliu wafat pda malam Senin 12 Rabi’ul Awal.
Oleh karena demikian setengah ulama mengatakan bahwa akhir ayat diturunkan mengenai hukum ialah pada hari ‘Arofah. Ayat-ayat yang turun sesudahnya tidak lagi mengenai hukum.
Dengan taufiq yang sedemikian ini dapatlah dipersatukan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan soal ini.

2.      Soal-soal yang Bersangkut-paut dengan Nuzulul Quran
A.    Cara menurunkanAl Quran dari Lauh Mahfudh ke Dunia
Dengan soal ini para Ulama memunyai 3 pendapat:
a.       Al Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam Al Qadar sekaligus, yakni lengkap dari awal hingga akhir. Kemudian diturunkan berangsur-berangsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun, berdasar kepada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama Nabi bermukim di Makkah sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. Ini menurut pendapat yanga sangat terkenal dalam kalangan masyarakat. Banyak disebut dalam tafsir-tafsir yang tersebar dalam mayarakat ummat yang memegangi taqlid.
b.      Al Quran itu diturunkan ke langit dunia dalam  20 kali lailatul Qadar dam 20 tahun, atau 23 kali dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur.
c.       Pendapat Asy Sya’by dan golongan ‘Ulama. Al Quran permulaan turunnya, ialah di malam Al Qadar. Kemudian diturunkan sesudah itu sesuai dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
B.     Makna Menurunkan Al Quran
Cara malaikat menerima lafadh Al Quran dan menurunkannya diperselisihi oleh para ulama.
Kata Ath Thiby: boleh jadi malaikat yang menurunkan AL Quran kepada Nabi menerimanya dari Allah  dengan cara yang tertentu yang kita tidak dapat menggambarkannya, atau malaikat itu menghafazhnya dari Lauh Mahfudh.sesudah dihafazh dari Lauh itu, malaikat pun menurunkannya, lalu memberikan kepada nabi (menghujamkannya ke dalam jiwa Nabi)
Para ulama juga memperselisihkan tentang apakah yang diturunkannya itu?
1.      Menetapkan bahwa yang diturunkan itu Lafadh dan Ma’na. Jibril menghafal Al Quran dari Lauh Mahfudh lalu menururnkannya
2.      Menetapkan bahwa Jibril menurunkan maknanya saja. Rasul memahami makna-makna itu, lalu beliau menta’birkan dengan bahasa Arab.
3.      Menetapkan bahwa Jibril menerima makna lalu Jibril menta’birlaannya dengan bahasa Arab dan ada faham bahwa isi langit membaca Al Quran itu dengan bahasa Arab. Lafadh Jibril itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4.      Al Quran pada Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari agama Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailimah al-Kadzdzab. Gerakan ini segera ditindak lanjuti oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah pada tahun 12 H yang menimbulkan korban yang tidak sedikit di kalangan pasukan Islam termasuk 70 shahabat yang hafidz al Quran terbunuh sebagai shuhada’.
Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar untuk menyarankan kepda khalifah agar segera dihimpun ayat-ayat al Quran dalam mushaf/shuf. Karena dikuatirkan kehilangan sebagian al Quran dengan wafatnya sebagian para penghafalnya. Idea/usul umar dapat diterima oleh Abi Bakarsetelah diadakan diskusi dan pertimbangan-pertimbangan yang seksama. Kemudian khalifah memerintahkan kepada Zaid bin Tzabit agar segera menghimpun ayat-ayat al Quran dalam satu mushaf
Zaid dengan sangat hati-hati dalam menjalankan tugas ini, sekalipun iaseorang penulis wahyu yang utama dan hafal seluruh al Quran. Ia dalam menjalankan tugasnya berpegangan dengan dua hal, ialah.
1.      Ayat-ayat al Quran yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di rumah Nabi
2.      Ayat-ayat yang dihafal oleh para shahabat yang hafidz al quran
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat al Quran, kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat itu benar-benar ditulis di hadapan Nabi atas perintah/petunjuknya.
Tugas menghimpun al quran itu dapat dilaksanakan oleh Zaid dalam waktu kurang lebih 1 tahun, yakni antara sesudah terjadinya perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian tercatatalah dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama-tama menghinpum al Quran dalam mushaf. Umar sebagai orang yang pertama-tama mempunyai idea menghimpun al Quran dan Zaid bin Tsabit sebagai orang yang pertama kali melaksanakan penulisan dan menghimpun al Quran dalam satu mushaf.
Mushaf al Quran karya Zaid itu kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan kemudian Umar setelah Abu Bakar wafat. Kemudian disimpan Hafsah setelah Umar mangkat atas pesan Umar dengan pertimbangan, bahwa Hafsah adalah seorang istri Nabi yang hafidz al Quran dan pandai baca tulis. Di samping itu, masalah khilfah pengganti Abu Bakr masih harus di musyawarahkan dahulu, jadi Utsman belum ditentukan sebagai Khalifah pada waktu itu.

Tidak ada komentar: