Sabtu, 05 Maret 2011

abu yazid al busthomi


MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah tasawuf yang dibimbing oleh
Bpk. DR. Aminulloh, M. Ag


 














     Disusun Oleh :
                                                                  Syihabuddin
                                                             NIM : 082 091 050
                                                        Deni Kristiawan
                                                             NIM : 082 091 032
                                                       Aisyiyaturrohmah
                                                             NIM : 084 091 028
                                                          Siti Lutfiyah
                                                            NIM : 082 091 047

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
JEMBER
2010

DAFTAR ISI
  1. Daftar Isi………………………………………………………………..2
  2. Riwayat Hidup Abu Yazid Al – Busthami……………………………..3
  3. Ajaran Tasawuf Abu Yazid Al – Busthami…………………………….4
  4. Wafatnya Abu Yazid Al – Busthami…………………………………...8

























ABU YAZID AL BUSTHOMI
  1. Riwayat Hidup Abu Yazid Al – Busthomi
Nama lengkapnya adalah abu yazid thoifur bin ‘isa bin surusyan al – busthami, beliau lahir di bagian timur laut persia (2) di kota yang bernama bustham propinsi qumis, pada tahun 188 H / 874 – 947 M. nama kecilnya adalah thaifur. Kakeknya bernama surusyan, seorang yang terkenal dinegerinya. Ia penganut agama zoroaster begitu pula ayahnya, kemudian masuk dan menjadi pemeluk islam di bustam.
Keluarga abu yazid termasuk orang – orang yang taat beragama. Tanda – tanda kehidupan Abu Yazid yang luar biasa sudah terlihat sejak dalam kandungan ibunya, konon kabarnya menurut penuturan ibunya sendiri, bahwa abu yazid telah mempunyai kelainan , ia tidak mau menerima makanan yang tdak halal. Ibunya berkata : “ setiap kali aku menyuap makana yang kuragukan kehalalannya, bayi abu yazid yang masih dalam rahim memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali ”.
Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan abu yazid ke sekolah. Abu yazid mempelajari al – qur’an, abu yazid terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepeda orang tuannya Setelah beberapa lama dan banyak memahami isi kandungan al – qur’an. Maka pada suatu hari gurunya menerangkan arti ayat dari surat luqman yang berbunyi,
ووصينا الإنسان بوالديه ج حملته أمه وهنا على وهن وفصله فى عامين ان اشكرلي ولوالديك قلى إلي المصير                  
Artinya :“ dan kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada kedua orang tuanya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, berterima kasihlah kepada aku dan kepada orang tuamu, hanya kepada akulah kembalimu”. ( QS. Lukman : 14 ). Ayat ini sangat menggetarkan hati abu yazid. Ia kemudian berhenti belajar, lalu ia meletakkan alat tulisnya dan berkata pada gurunya :
Abu yazid             : izinkan aku pulang ! ada yang hendak aku katakan pada ibuku “.                        ( gurunya pun mengijinkan, ia pulang menemui ibunya. Ketika sampai dirumah ia disambut oleh ibunya dengan kata – kata :
Ibu                         : “ thoihafur, mengapa engkau sudah pulang ? apakah engkau mendapat   hadiah ataukah sesuatu kejadian yang istimewa ?
Abu yazid             : “ tidak “ pelajaranku sampai pada ayat dimana alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadanya dan kepadamu, tetapi aku tidak bisa mengurus 2 rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini menyusahkan hatiku.
Ibu                         : “ mintalah diriku ini kepada alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk dia semata. – mata.
Sikapnya ini menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan alloh swt.
Perjalanan abu yazid untuk menjadi seorang sufi memakan waktu puluhan tahun. Sebelum      membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang faqih dari madzhab hanafi, salah seorang gurunya yang terkenal adalah abu ali as sindi. Ia mengajarkan ilmu  tauhid, ilmu hakikat, dan ilmu lainnya kepada abu yazid. Hanya saja ajaran sufi abu yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.
Dalam menjalani kehidupan zuhud, selama 13 tahun, abu yazid mengembara di gurun – gurun pasir di syam, hanya dengan tidur, makan, minum yang sedikit sekali.
  1. Ajaran Tasawuf Abu Yazid.
Ajaran tasawuf terpenting abu yazid adalah fana’ dan baqo’. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang makna ketiga paham tersebut secara khusus menurut pencetusnya, yakni abu yazid al – busthami.
Sebagaimana telah diketahui, abu yazid tidak menuliskan ajaran – ajaran tasawufnya dalam buku tertentu yang dapat digunakan sebagai sumber primer bagi sebuah penelitian. Ajaran – ajaran banyak ditulis oleh para pengikutnya oleh karena itu dalam membahas ketiganya paham ciptaannya hanya dapat dilakukan dengan cara mencermati ucapan – ucapan abu yazid ( shatahat ) yang telah ditulis oleh pengikut – pengikutnya.
  1. al – fana’ dan baqo’.
Telah dijelaskan bahwa abu yazid adalah seorang sufi yang pertama kali memperkenalkan paham al – fana’ dan al – baqo’ dalam tasawuf. Ia senantiasa ingin dekat pada tuhan. Keberadaan seperti itu dapat dilihat dari ucapan berikut ketika abu yazid mencari – cari jalan untuk berada dekat di hadiratnya.
Jalan menuju fana’ menurut abu yazid dikisahkan dalam mimpinya menatap tuhan.
رايت رب العزة في المنام فقلت : يا خذا كيف الطريق اليك ؟ فقال دع نفسك و تعال !
Ia berkata : aku bermimpi melihat tuhan. Akupun bertanya : bagaimana jalannya  agar aku sampai padamu ? tuhan menjawab, tinggalkan diri ( nafsu ) mu dan kemarilah.

    1. al – fana’
Dari segi bahasa, fana’ berasal dari kata faniya ( فني ) yang berarti musnah atau lenyap. Dalam istilah tasawuf , fana’ adakalanya diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dalam hal ini abu bakar al – kalabadzi ( w. 378 H / 988 M ) mendefinisikannya “ hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang, tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala perasaannya dan dapat membedakan sesuatu secara sadar, dan ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu.
Pencapaian abu yazid ke tahap fana’ dicapai setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada alloh swt, seperti tampak dalam ceritanya :
Setelah alloh menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku mendengar puas darinya. Maka diriku dicap dengan keridhoannya. Mintalah kepadaku semua yang kau inginkan, katanya : “ engkaulah yang aku inginkan,” jawabku, “ karena engkau lebih utama daripada anugerah lebih besar daripada kemurahan, dan melalui engkau aku mendapat kepuasan dalam dirimu….”
Abu yazid sendiri sebenarnya pernah melontarkan kata fana’ pada salah satu ucapannya :
أعرفه حتى فنيت ثم عرفته به فحييت
Artinya: “ aku tahu pada tuhan melalui diriku hingga aku fana’, kemudian aku tahu pada – Nya, maka akupun hidup.
Dalam fana’nya, abu yazid meninggalkan dirinya dan pergi ke hadirat tuhan. Bahwa ia telah berada dekat pada tuhan, hal ini dapat dilihat dari syathohat yang diucapkannya. Syathohat adalah ucapan – ucapan yang dikeluarkan oleh seorang sufi ketika ia mulai berada dipintu gerbang ittihad. Ucapan – ucapan yang demikian belum pernah didengar dari sufi sebelum abu yazid, umpamanya :
لست أتعجب من حبي لك فأ نا عبد فقير ولكني أتعجب من حبك لي وانت ملك قدير
Artinya : “ aku tidak heran terhadap cintaku pada – Mu , Karena aku hanyalah hamba yang hina,
Tetapi aku heran terhadap cintamu padaku, Karena engkau raja maha kuasa
Tatkala berada dalam tahapan ittihad, abu yazid berkata :
قال : ياأبا يزيد إنهم كلهم خلقي غيرك , فقلت : فأنت أنا وأنا أنت
Artinya : “ tuhan berkata, “ semua mereka – kecuali engkau – adalah makhluk.” Akupun berkata “ engkau adalah aku dan aku adalah engkau.”
Selanjutnya abu yazid berkata lagi : “
فانقطع المناجة فصار الكلمة واحدة وصار الكل بالكل واحدا فقال لي : يا أنت, فقلت به : يا أنا , فقال لي : انت الفرد. قلت : أنا الفرد قال لي : أنت أنت, قلت : أنا أنا .
Konversasipun terputus  : kata menjadi satu, bahkan seluruhnya menjadi satu. Iapun berkata, “ hai engkau. “ aku pun – dengan perantaraannya menjawab : “ hai aku.” Ia berkata : “ engkaulah yang satu.” Aku menjawab, “ akulah yang satu.” Ia berkata lagi,” engkau adalah engkau.” Aku balik menjawab.” Aku adalah aku.”
Setelah sholat subuh, abu yazid pernah berucap :
إني أنا الله لاإله إلا أنا فاعبدني
Artinya : “ tidak ada tuhan selain aku, maka sembahlah aku.”
Suatu ketika seseorang melewati rumah abu yazid dan mengetuk pintu. Abu yazid bertanya, siapa yang engkau cari ?” orang itu menjawab : “ abu yazid,” abu yazid berkata : “ pergilah dirumah ini tidak ada, kecuali alloh yang mahakuasa dan mahatinggi.
Ucapan – ucapan abu yazid di atas kalau diperhatikan secara spintas memberikan kesan bahwa ia syirik kepada alloh swt. Karena itu, dalam sejarah ada sufi yang ditangkap dan dipenjarakan karena ucapannya membingungkan orang awam.
Al – fana’ menurut pandangan abu yazid adalah al – fana’ al – irodah ( lenyapnya kehendak ). Lebih dari itu al – fana’ juga dapat berarti lenyapnya pandangan terhadap selain alloh
 سقوط ما سوي الله شهودا , dalam kondisi ini telah terhapus ilustrasinya, telah lenyap kehendaknya dan telah hilang jejak dan pengaruhnya. Dia tidak lagi menyadari akan dirinya dan alam sekitarnya karena kesadarannya telah lenyap dalam kehendak tuhan.
Selanjutnya ia merasa hidup dalam tuhan, merasakan kesesuaian – kesesuaian dengannya, dan tidak dapat berbuat kecuali yang sesuai dan mendapat kerelaan dari alloh. Kondisi seperti inilah yang disebut baqo’ setelah itu ia menyatu secara rohani dengan tuhan ( al – ittihad ) dalam arti
تجريد التوحيد بحقيقة التفريد   ( penyatuan yang murni dalam ketunggalan yang hakiki ).      
Artinya bukan penyatuan sifat atau penyatuan wujud.                                                                                     
    1. al – baqo’
Adapun baqo’ berasal dari kata baqiya. Arti dari segi bahasa adalah tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf berarti mendirikan sifat – sifat terpuji kepada alloh swt. Paham baqo’ tidak dapat dipisahkan dengan paham fana’ karena keduanya merupakan paham yang berpasangan. Jika seorang sufi sedang mengalami fana’, ketika itu juga ia sedang menjalani baqo’.
Dalam menerangkan kaitan antara fana’ dan baqo’, al – qusairy menyatakan, :
“ barang siapa yang meninggalkan perbuatan – perbuatan tercela, maka ia sedang fana’ dari syahwatnya, ia baqo’ dalam niat dan keikhlasan ibadah ; ….barang siapa yang hatinya yang hatinya zuhud dari keduniaan, maka ia sedang fana’ dari keinginanya, berarti pula sedang baqo’ dalam ketulusan inabahnya………
    1. ittihad
Ittihad adalah tahapan selanjutnya yang dialami seorang sufi setelah ia melalui tahapan fana’ dan baqo’. Hanya saja dalam literatur klasik, pembahasan tentang ittihad ini tidak diketemukan. Apakah karena pertimbangan keselamatan jiwa ataukah ajaran ini sangat sulit dipraktekkan merupakan pertanyaan yang sangat baik untuk dianalisis lebih lanjut. Namun menurut harun nasution uraian tentang ittihad banyak terdapat di dalam buku karangan orientalis.
Dalam tahapan ittihad, seorang sufi bersatu dengan tuhan. Antara yang mencintai dan yang dicintai menyatu, baik sebstansi maupun perbuatannya. Harun nasution memaparkan bahwa ittihad adalah satu tingkatan ketika seorang sufi telah merasa bahwa dirinya telah bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata – kata, “ hai aku “.
Dengan mengutip A.R Al – Baidawi, harun menjelaskan bahwa dalam ittihad yang dilihat hanya satu wujud sungguhpun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Karena yang dilihat dan dirasakan hanya satu wujud., maka dalam ittihad dapat terjadi pertukaran antara yang mencintai dan yang dicintai, atau tegasnya antara sufi dan tuhan. Dalam ittihad,” identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu “, sufi yang bersangkutan, karena fana’nya tak mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan nama tuhan.
Diantara kata – kata hikmah dan ajaran abu yazid al – busthomi adalah sebagai berikut :
  1. akhir ( puncak ) orang yang paling benar merupakan awal sifat – sifat kenabian, dan tiada yang mengetahui akhir ( puncak ) sifat – sifat nabi.
  2. bergaul dengan orang – orang sholeh adalah lebih baik daripada melakukan amal sholeh. Bergaul dengan setan adalah lebih hina daripada melakukan perbuatan keji.
  3. seandainya satu unsur dari nabi dinyatakan pada dirinya untuk mencinta, maka tiada lain ciptaannya kecuali hanya arasy.
  4. tiada pengetahuan dan ilmu seseorang yang menyamai ma’rifat dan ilmu para nabi, ma’rifat dan ilmu seseorang itu hanya merupakan setetes air yang keluar dari permukaan kulit luar tempat air yang terbuka dari kulit binatang yang diikat.
  5. jika alloh swt, menawarkan kepadamu kekayaan dari arasy sampai bumi, maka katakanlah :” bukan itu ya alloh, tapi hanya engkau tujuanku, ya alloh “.
  6. shufiyah adalah anak – anak yang berada dipangkuan yang maha besar ( alloh swt ).
  7. saya telah melakukan mujahadah selama 30 tahun, namun tidak menemui perjuangan mendapatkan ilmu dan mencegah bahaya – bahyanya. Janganlah kamu terkecoh oleh rayuan – rayuan syetan, karena ia akan berkata kepadamu : “ jika sudah jelas dalam ilmu itu ada bahaya yang besar, maka lebih baik tinggalkan saja”, sekali lagi janganlah engkau mengira bahwa rayuan – rayuan syetan itu benar.
  8. jangan bergantung pada usahamu, tapi bergantunglah dengan rahmat alloh.
  9. anggaplah kekuatan hidupmu itu hanya untuk hari ini, tidak lebih dari itu.
Abu Yazid Al – Busthami Wafat.
Abu yazid wafat pada tahun 261 H / 874 M. ia dikuburkan berdampingan dengan mujwiry, nasiri khusro dan yaqut. Dimakamkan sejak 1313 M telah didirikan qubah oleh seorang shulthon mongol muhammad kudabanda atas nasehat gurunya syech syarifuddin, salah seorang keturunan abu yazid al – busthomi ini.













DAFTAR PUSTAKA

  1. Drs. Rosihon Anwar, M. Ag, Drs. Muchtar Solihin, M. Ag, Ilmu Tasawuf, Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, Agustus, 2000
  2. Drs. Muchtar Solihin, M. Ag, Tokoh Tokoh Sufi Lintas Zaman, Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, Juli, 2003.
  3. ABD. Hamid Pujiono, M. Ag, Al – Fana’, Al – Baqo’, Al – Ittihad Manusia Menyatu Dengan Tuhan, Jember : Target Press Surabaya, Pebruari, 2003
  4. Asrifin, S. Ag, Tokoh Tokoh Shufi Mengungkap Sejarah Kehidupan Dan Ajaran Serta Karomahnya, KARYA UTAMA Surabaya.
  5. khan sahib khaja khan, B.A, Cakrawala Tasawuf, Jakarta : CV. Rajawali, pebruari. 1987
  6. Dr. H. Masyharuddin, M. Ag. Pemberontakan Tasawuf : Surabaya, JP BOOKS, Agustus 2007.








Tidak ada komentar: